“… Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” (QS. Al Baqarah : 185 ).
Bahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam diutus oleh Allah tabaraaka wa ta’ala tak lain ialah untuk mempermudah agama yang telah sempurna ini dan tidak membelenggu serta memberatkan setiap pemeluknya, firman Allah subhanahu wa ta’ala :
“ (yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung. “ ( QS. Al A’raaf : 157 )
Pun juga dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang Islam sebagai agama yang mudah. Dari Abu Hurairah radliyallahu `anhu dari Nabi shallallahu `alaihi wa sallam beliau bersabda:
“ Sesungguhnya agama ini adalah agama yang mudah, dan tidaklah seseorang itu melampaui batas dalam menjalankan agama ini kecuali akan kalah dengan sendirinya. Oleh karena itu berusahalah untuk mengamalkan agama ini dengan benar, dan kalau tidak bisa sempurna, maka berusahalah untuk mendekati kesempurnaan. Dan bergembiralah kalian dengan pahala bagi kalian yang sempurna walau pun amalan kalian tidak sempurna. Dan upayakan menguatkan semangat beribadah dengan memperhatikan ibadah di pagi hari dan di sore hari dan di sebagian malam (yakni waktu-waktu di mana kondisi badan sedang segar untuk beribadah) ”. (HR. Al-Bukhari dalam Shahih nya Kitabul Iman bab Ad-Dienu Yusrun hadits ke 39, An-Nasa’i dalam Sunan nya Kitabul Iman bab Ad-Dienu Yusrun hadits ke 5049, Ahmad dalam Musnad nya jilid 4 hal. 422).
Sungguh kemudahan yang tidak memberatkan bagi setiap pemeluknya adalah dapat kita rasakan bila senantiasa segala amal dan perbuatan memiliki acuan yang benar dan sesuai dengan sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Nah, pada kali ini penulis ingin menguraikan beberapa hal yang terkait dengan penyelenggaraan ibadah haji sebagai salah satu rukun Islam yang ke 5.
Ada beberapa perbekalan yang dapat dibawa oleh para kaum muslimin dalam melengkapi ibadah mulia tersebut menjadi sempurna. Sebagaimana sebuah kaidah bahwa sempurnanya keimanan adalah selaras dengan ucapan dan amal perbuatan. Berikut beberapa perbekalan yang dapat dibawa para jama’ah haji sebelum memulia perjalannya, selain melengkapi persiapan materi, fisik, dan mental.
Bekal paling utama dan pertama ialah, hendaknya setiap jama’ah haji mengikhlaskan niatnya, bukanlah ibadah haji untuk melakukan perbuatan riya, sum’ah, atau bahkan takabbur. Sebagaimana Alloh berfirman.
“ Kecuali orang-orang yang Taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka Karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (QS. An Nisaa : 146 ).
Selain itu terdapat pula didalam hadist qudsi yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiyallohu ‘anha, dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Rabb-nya azza wa jalla, Alloh berfirman :
Sesungguhnya Alloh telah menulis setiap kebaikan dan kejelekan, kemudian Dia menjelaskan: “ Barangsiapa berniat melakukan sebuah kebaikan namun ia mengurungkannya, maka Alloh telah menulis untuknya satu kebaikan yang sempurna, tetapi apabila ia melaksanakan maka Alloh menulis untuknya sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat kebaikan, atau dilipat gandakan lebih dari itu. Dan barangsiapa yang berniat melakukan kejahatan namun kemudian ia mengurungkannya, maka Alloh menulis untuknya satu kebaikan yang sempurna, tetapi apabila perbuatan itu jadi ia lakukan maka Alloh menuliskan untuknya satu dosa kejahatan “. ( HR. Bukhari 6491 dan Muslim 131 )
Bekal berikutnya yang tak kalah penting ialah, hendaklah para jama’ah haji melakukan segala ibadah senantiasa berpijak kepada sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang dengan itulah syarat utama sebuah ibadah setelah ikhlas diterima oleh Alloh azza wa jalla. Firman Alloh subhanahu wa ta’ala
Katakanlah: “Hai manusia Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. ( QS. Al A’raaf : 158 ).
Dan didalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu ia berkata bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“ Semua ummatku masuk jannah kecuali yang enggan “. Maka para sahabat bertanya : “ Ya Rasulullah, siapakah yang enggan ?? “. Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “ Barangsiapa mentaatiku akan masuk jannah dan barangsiapa mendurhakaiku berarti ia telah enggan (untuk masuk kedalamnya) “. ( HR. Bukhari 7280 ).
Bekal ketiga ialah hendaknya bagi setiap jamaah haji mengumpulkan segala persiapan perbekalannya sebelum berangkat dengan harta yang halal dan baik. Sebab Alloh hanya akan menerima dan memerintahkan hamba-Nya segala sesuatu yang halal dan baik. Sebagaimana firman Alloh subhanahu wa ta’ala
“ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. “ ( QS. Al Baqarah : 168 ), dan di ayatnya yang lain
“ Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang Telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu Hanya kepada-Nya saja menyembah. “ ( QS. An Nahl : 114 ).
Begitu pula dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam :
“ Sesungguhnya Alloh itu baik, Dia tidak menerima kecuali dari yang baik “ ( HR. Muslim : 1015 ).
Perbekalan berikutnya ialah, hendaklah para jama’ah haji menjauhi segala bentuk perbuatan mungkar, kebid’ahan dan penyimpangan dalam tata tertib pelaksanaanya, janganlah membuang waktu secara percuma dan sia-sia untuk ke pasar dan mengunjungi tempat-tempat yang justru tidak disyariatkan terlebih lagi meminta berkah dengan sesuatu yang tidak pernah disyariatkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
“ (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi[122], barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats[123], berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa[124] dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal “. ( QS. Al Baqarah : 197 ).
Melainkan gunakanlah momentum ibadah haji untuk melakukan sebanyak-banyaknya berdzikir dan mengerjakan ibadah dengan baik dan benar serta menyempurnakan apa-apa yang menjadi rukun dan syarat dalam ibadah tersebut. Juga mentaati perintah-perintah dan larangan yang disyariatkan. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman :
“ Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah Karena Allah. jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau Karena sakit), Maka (sembelihlah) korbanyang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. apabila kamu Telah (merasa) aman, Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu Telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya “. ( QS. Al Baqarah : 196 ).
Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda :
“ Contohlah cara manasik hajiku “. ( HR. Muslim : 1297 ).
Muhammad bin Fudlail berkata, “ Aku pernah melihat Ibnu Thoriq di dalam thawaf dan orang-orang lainnya yang sedang thawaf memberi jalan untuknya. Ia mengenakan sepasang sandal yang berbunyi tik-tak. Mereka mengira bahwa thawafnya pada waktu itu saja. Padahal dalam sehari semalam ia thawaf sejauh sepuluh farsakh. “ ( Hilyatul Auliyaa 5 / 82 ) -1 Farsakh = 3 Mil-
Bekal berikutnya ialah, hendaknya diantara para jama’ah haji saling membantu, saling meringankan, juga tidak memberatkan antar jama’ah haji yang lain terlebih hal tersebut dapat mempersulit jalannya ibadah seseorang, berakhlak baik terhadap sesame dan menjaga perilaku selama melaksanakan ibadah haji. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman
“ … Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. “ ( QS. Al Maidah : 2 ).
Demikianlah sedikit tulisan yang dapat menjadi bahan bekal bagi para jamaah haji, dan penulis berharap dari tulisan ini dapat menjadikan manfaat yang baik bagi para mereka-mereka yang akan dan hendak menunaikan ibadah haji.
Dan penulis juga berdoa kepada Alloh agar senantiasa dimudahkan bagi kita semua ( kaum muslimin ) untuk memiliki kemampuan dan dimudahkan dalam melaksanakan ibadah haji ke Baitullah.. amiin..
Dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“ Umroh ke umroh berikutnya merupakan pelebur dosa antara keduanya, dan tiada balasan bagi haji mabrur melainkan surga “ ( HR. Bukhari dan Muslim ).
Wallahu ‘alam bi shawwab..
Sumber : http://adjhee.wordpress.com/2007/11/08/bekal-haji-mabrur-sesuai-tuntunan-rasul/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar